WELCOME TO MY BLOG

Minggu, 18 November 2012

SEJARAH PENDIDIKAN AUTIS

Sejarah Autisme
Temple Grandin memang bukanlah manusia autis pertama. Ia bukan pula satu-satunya individu autistik yang berhasil mandiri dan berdiri sejajar dengan manusia normal lainnya. Tapi perjalanan hidupnya menjadi penting dalam menyusuri perjalanan sejarah autis. Grandin berhasil mengukir prestasi gemilang dalam hidupnya di tengah berbagai keterbatasan sebagai seorang autis.

Inilah mengapa membicarakan sejarah autis tanpa melihat Temple Grandin bukanlah sebuah upaya yang bijak. Dengan melihat perjalanan hidup Grandin, definisi dan dampak autis seolah tidak lagi angker.

SEJARAH PENDIDIKAN TUNALARAS

  • SEBELUM ABAD XIX

Sebelum abad XIX, tunalaras sering disebut sebagai orang gila, mereka dianggap kerasukan setan. Pada abad ini, anak-anak atau orang dewasa yang menunjukkan perilaku menyimpang dihukum dengan cara yang sama seperti, ditelantarkan, disiksa, ataupun dilukai sampai berdarah. Keadaan ini berlangsung sampai akhir abad XIX.

SEJARAH PENDIDIKAN TUNADAKSA

Pendidikan anak tunadaksa erat kaitannya dengan pemahaman masyarakat terhadap anak-anak cacat, demikian pula pada anak tunadaksa. Anak-anak tunadaksa (cripple) pada zaman Renaissance pernah disebutnya sebagai setan (satan) yang disejajarkan dengan makhluk jahat (evil) dan tidak pantas untuk diberi hidup. Dengan demikian tidak ada artinya sama sekali keberadaan anak-anak tunadaksa.

SEJARAH PENDIDIKAN TUNAGRAHITA


1.      Sejarah Umum pendidikan Anak Tunagrahita
Sejarah ortopedagogik (pendidikan) anak tunagrahita merupakan sebagian sejarah dari pendidikana anak-anak berkelainan pada umumnya, baik yang berkelainan jasmani maupun rohani/mental.
Di Eropa, perkembangan pendidikan anak berkelainan termasuk anak tuna grahit dalam geris besarnya telah menjalani 3 periode ( Frampton and Gall,1955:4) :
a.      Zaman primitive dan Purbakala
Pada zaman prasejarah mereka dipandang tak ubahnya dengan “hewan”, dilenyapkan dari muka bumi melalui hukum “the survival of the fittest”; karena tak sanggup mengatasi kekerasan alam dan musnah.

SEJARAH PENDIDIKAN TUNARUNGU DAN TUNAWICARA

Sejarah Berkembangnya Kependidikan Tunarungu dan Tunawicara
Salah satu literatur tertua mengenai tunarungu dan tunawicara tercatat pada abad kelima SM, dalam Plato Cratylus, di mana Socrates berkata: "Jika kami tidak memiliki suara atau lidah, dan ingin mengungkapkan hal-hal yang satu sama lain, tidak akan kami mencoba untuk membuat tanda-tanda dengan menggerakkan tangan, kepala, dan seluruh tubuh kita, seperti orang bodoh lakukan saat ini ?” Disini tampak bahwa orang yang disebut Socrates sebagai orang bodoh adalah sekelompok orang yang tidak bersuara dan tidak berlidah. Terdapat juga literatur pada abad ke-2 Yudea, rekaman dalam traktat Mishnah Gittin menyatakan bahwa untuk tujuan transaksi komersial "Seorang tuli-bisu dapat mengadakan percakapan melalui suatu gerakan tertentu.”